Pada abad ke-16 ada sebuah kisah tentang percakapan antara seorang pemuda yang ambisius dan atheis dengan seorang Kristen yang saleh bernama St. Philip Philip. Sang pemuda berkata kepada Philip dengan semangat: “Orangtua saya akhirnya menyetujui rencana saya untuk sekolah hukum!” Philip hanya menanggapinya dengan sebuah pertanyaan, “Lalu bagaimana?”
Ia menjawab, “Lalu saya akan menjadi seorang ahli hukum!” “Lalu?” kejar Philip. “Lalu saya akan mendapatkan banyak uang, membeli sebuah rumah di pedesaan, membeli kereta dan kuda-kuda, menikahi seorang wanita cantik dan menjalani hidup yang menyenangkan!” jawab pemuda itu.
Philip melanjutkan pertanyaannya, “Lalu?” “Lalu ....” Sehingga untuk pertama kalinya pemuda tersebut mulai merenungkan tentang kematian dan kekekalan. Ia menyadari bahwa ternyata selama ini ia tidak melibatkan Tuhan dalam rencana-rencananya, dan membangun hidupnya di atas nilai-nilai yang fana.
Kisah ini bukan berarti memiliki kekayaan itu salah. Namun jika kekayaan menjadi tujuan utama hidup kita, maka kita akan mengabaikan kekekalan dan mengejar uang, bukan Tuhan. Kristus mengatakan bahwa kita tidak mungkin mengabdi kepada harta dan kepada Allah (Matius 6:24). Dan Dia memperingatkan “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi...Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga” (Matius 6:19, 20).
TUJUAN HIDUP HANYA ADA DUA PILIHAN: HIDUP BAGI KRISTUS ATAU HIDUP UNTUK MAMON
Copyright @ 2018 CHRIST CATHEDRAL, GBI Basilea, Indonesia.
Baca juga:
Jangkauan Pelayanan MuridSejati.com akan sangat di bantu saat anda ikut berbagai tulisan yang baru anda baca, tekan tombol berbagi yang sudah tersedia. Terima Kasih Atas Bantuan Anda.
0 komentar:
Post a Comment